Senin, 08 November 2010

anemia

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit, sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Secara praktis, anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit, tetapi yang paling lazim digunakan ialah kadar hemoglobin.
Penentuan penyebab dasar dari anemia sangatlah penting, karena tanpa mengetahui penyebab yang mendasari anemia tidak dapat diberikan terapi yang tuntas pada kasus anemia tersebut.
I.1. Kriteria Anemia
WHO menetapkan cut off point anemia antuk keperluan penelitian lapangan seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Anemi Menurut WHO
Kelompok Kriteria Anemia (Hb)
Laki-laki dewasa < 13g/dl
Wanita dewasa tidak hamil < 12g/dl
Wanita hamil < 11g/dl

Untuk keperluan klinik (rumah sakit atau praktek dokter) di Indonesia dan negara berkembang lainnya, kriteria WHO sulit untuk diterapkan karena tidak praktis. Oleh karena itu beberapa peneliti di Indonesia mengambil jalan tengah dengan memakai kriteria Hb kurang dari 10g/dl sebagai awal work up anemia.
I.2. Etiologi dan Klasifikasi Anemia
Pada dasarnya anemia disebabkan karena:
1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sum-sum tulang
2. Kehilangan darah keluar keluar tubuh (perdarahan)
3. Proses penghancuran erotrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis)
Klasifikasi untuk anemia dapat dibuat berdasarkan gambaran morfologik, dalam klasifikasi ini anemia dibagi menjadi tiga golongan:
1. Anemia mikrositik hipokromik
2. Anemia normositik normokromik
3. Anemia makrositik

Klasifikasi Anemia Berdasarkan Morfologi dan Etiologi
Anemia mikrositik hipokromik:
1. anemia defisiensi besi
2. thalasemia mayor
3. anemia sideroblastik
4. anemia akibat penyakit kronis
Anemia normositik normokromik:
1. anemia pasca perdarahan akut
2. anemia aplastik
3. anemia hemolitik didapat
4. anemia akibat penyakit kronik
5. anemia pada gagal ginjal kronik
6. anemia pada sindrom mielodisplastik
7. anemia pada keganasan hematologikAnemia makrositik:
1. anemia defisiensi asam folat
2. anemia defisiensi B12
3. anemia pada penyakit hati kronik
4. anemia pada hipotiroidisme
5. anemia sindrom mielodisplastik
I.3. Gejala Anemia
1. Gejala umum anemia
Yaitu gejala yang timbul pada setiap kasus anemia, apapun penyebabnya apabila kadar hemoglobin turun dibawah harga tertentu, gejala ini menjadi jelas (anemia simptomatik) apabila kadar hemoglobin dibawah 7g/dl. Gejala ini timbul akibat anoksia organ dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap berkurangnya daya angkut oksigen. Gejala tersebut adalah lemah, lesu, cepat lelah, telinga berdenging, mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, , sesak nafas, dispepsia. Pada pemeriksaan pasien tampak pucat (mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan, dan jari dibawah kuku).
2. Gejala penyakit dasarGejala yang timbul akibat penyakit dasarnya. Misalnya gejala akibat infeksi cacing tambang: sakit perut, pembengkakan parotis dan warna kuning pada telapak tangan. Tetapi pada umumnya diagnosis anemia memerlukan pemeriksaan laboratorium.I.4. Pemeriksaan untuk Diagnosis Anemia
Pemeriksaan ini terdiri dari; screening test, pemeriksaan darah seri anemia, pemeriksaaan sum-sum tulang, pemeriksaan khusus.
Pemeriksaan penyaring
Terdiri dari pemeriksaan Hb, indeks eritrosit, dan apusan darah tepi. Dari sini dapat dipastikan adanya anemia dan jenis morfologiknya yang sangat berguna untuk pengarahan diagnosis lebih lanjut.
Pemeriksaan darah seri anemi
Pemeriksaan ini meliputi hitung leukosit, hitung trombosit, hitung retikulosit, dan laju endap darah.
Pemeriksaan sum-sum tulang
Pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai keadaan sistem hematopoesis.
Pemeriksaan khusus
Dikerjakan apabila ada indikasi khusus; misalnya serum iron, TIBC, folat serum, vitamin B serum, bilirubin serum, tes coomb, biopsi sumsum tulang,dll.


I.6. Pendekatan Terapi
Pengobatan hendaknya diberikan berdasarkan diagnosis definitif yang ditegakkan terlebih dahulu. Pengobatan anemia dapat berupa:
1. terapi untuk keadaan darurat (ex: anemia karena perdarahan akut)
2. terapi suportiv
3. terapi yang khas untuk masing2 anemia
4. terapi kausal untuk penyakit dasar
5. transfusi diberikan hanya pada anemia pasca perdarahan akut dan anemia kronik jika anemia tersebut simtomatik atau adanya ancaman payah jantung